UNTR... Sudah Murah?
Beberapa bulan belakangan, forum-forum investasi saham cukup dibuat panik dengan salah satu saham blue chip yang anjlok sekitar 50% dari harga tertingginya tahun lalu. Saham tersebut yakni PT. United Tractors Tbk. (UNTR) Per 27 Agustus 2019, saham ini berada pada posisi Rp20.700/lembar. Saham ini cukup terkenal karena masuk ke dalam indeks LQ45 dan memiliki fundamental yang kuat. Setelah turun sangat dalam, apakah valuasi UNTR sudah murah?
(Source: okezone.com) |
Mari kita analisis perusahaan ini...
PT. United Tractors Tbk. (UNTR) merupakan salah satu anak usaha dari grup Astra (ASII). Kepemilikan saham United Tractors dikuasai oleh PT Astra International Tbk sebanyak 59,5% dan sisanya dimiliki oleh publik sebesar 40,5%.
Perusahaan ini dikenal bergerak di bidang mesin kontruksi yang terdiri dari distribusi alat berat dan alat transportasi. Perusahaan ini merupakan distributor alat berat terbesar di Indonesia dengan market share 36% (Sumber: Laporan Tahunan) melalui merk yang paling terkenal yakni Komatsu. Selain Komatsu, UNTR juga merupakan distributor dari UD Trucks, Scania, Bomag, dan Tadano.
Selain itu, perusahaan juga berdiversifikasi ke bidang-bidang berikut:
1. Pertambangan, beroperasi melalui beberapa anak usahanya. Hingga kini, Perseroan, melalui berbagai anak usaha, memiliki hak konsesi di berbagai wilayah di Indonesia dengan cadangan total
batu bara sekitar 379 juta ton (combined reserve).
Pada tahun 2018 kemarin, UNTR baru saja mengakuisisi 95% saham di PT. Agincourt Resources (PTAR), perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi, penambangan, dan pengolahan emas di Martabe, Sumatra Utara.
2. Kontraktor penambangan, yang dijalankan oleh anak usahanya yaitu PAMA, sebuah kontraktor penambangan terkemuka di Indonesia.
3. Konstruksi, melalui anak usahanya yakni ACSET yang diakuisisi pada tahun 2015
Pada tahun buku 2018, kontribusi pendapatan perusahaan antara lain sebagai berikut:
Sampai dengan Q2 2019, pendapatan bersih UNTR mencapai Rp43,3 triliun, meningkat 11% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.
Dari sini terlihat ada kontribusi pendapatan baru yang diperoleh UNTR, yakni dari pertambangan emas Martabe, meskipun baru sebagian kecil dari total pendapatan perusahaan, hanya 8,37%
Hal yang perlu kita soroti adalah, terjadi penurunan pendapatan bersih dari bidang mesin konstruksi dari Rp13,8 triliun di 6M 2018 menjadi hanya sekitar Rp12 trilliun. Hal ini terlihat dari penjualan alat berat Komatsu yang mengalami penurunan 26% menjadi hanya 2.211 unit pada 7M 2019
Penjualan alat berat Komatsu (dalam unit) |
Faktor yang paling berpengaruh dari turunnya penjualan alat berat ini adalah dari sektor Pertambangan. Mengingat, harga acuan batubara yang terus turun dari pertengahan tahun 2018. Berdasarkan data dari tradingeconomics.com, sekitar 114 USD/Metric Ton, menjadi hanya 66,3 USD/MT. Penurunan ini salah satunya diakibatkan rendahnya permintaan batubara di Jepang, sebagai salah satu negara importir batu bara utama di kawasan Asia, yang kemudian berimbas pada permintaan alat berat yang didistribusikan oleh UNTR.
Mengantisipasi fluktuasi harga batubara acuan yang tidak pernah bisa diprediksi, UNTR tidak pernah tinggal diam. Perusahaan terus melakukan ekspansi dan diversifikasi bisnis untuk menopang kinerja keuangannya. Harapannya, di masa depan UNTR tidak lagi bergantung pada harga batubara internasional.
Sip, mari kita sejenak melihat neraca dan arus kas dari perusahaan.
Dari sisi neraca, yang perlu kita soroti adalah meningkatnya jumlah pinjaman bank jangka panjang
Laporan arus kas Q2 UNTR |
Neraca Q2 2019 UNTR |
Pinjaman bank jangka panjang terebut digunakan untuk membiayai modal kerja, belanja modal, dan keperluan pendanaan umum lainnya. Hal ini wajar, mengingat akhir-akhir ini UNTR banyak melakukan ekspansi. Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan juga masih wajar di sekitar 1.03. Sedikit di atas 1, but no problem.
Pinjaman tersebut mengakibatkan bertambahnya beban keuangan perusahaan karena harus membayar bunga. Sehingga sedikit mengurangi laba perusahaan.
Valuasi
Prospek
Berdasarkan laporan keuangan sampai dengan semester I 2019, kinerja UNTR tidak ada masalah. Tambang Emas Martabe, yang baru saja diakuisisi, juga menawarkan prospek yang cerah bagi UNTR sebagai sumber income baru. Seperti apa prospeknya?
Tambang emas ini memiliki cadangan bijih emas yang sangat besar, meningkat dari 3,2 juta ons menjadi 4,7 juta ons emas di 2017, setara dengan tambahan enam tahun operasi tambang.
Berdasarkan data di atas, Tambang Emas Martabe menjadi salah satu tambang emas terbesar di Indonesia, dengan tingkat produksi no. 2 di Indonesia setelah tambang Grasberg, dan dengan cadangan emas no.4 terbesar di tanah air.
Dari grafik di atas terlihat tren peningkatan pada pendapatan. Selain itu, dengan pendapatan sebesar itu, PT. Agincourt Resources mampu membukukan laba bersih sebesar US$151,34 juta (Rp2,12 triliun) pada tahun 2017, Yang berarti, Net Profit Marginnya sebesar lebih dari 30%, lebih besar dari segmen usaha perusahaan lainnya, yakni distribusi alat berat dan kontraktor penambangan.
Ditambah lagi, tidak seperti komoditas lain, harga emas cenderung lebih stabil, bahkan cenderung naik dalam tren jangka panjang. Bahkan, pada bulan Agustus ini, emas mencapai harga tertingginya.
Selain itu, UNTR juga masih dalam tahap membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Jepara, Jawa Tengah melalui anak perusahaan PT Bhumi Jati Power (“BJP”) . Pembangkit listrik diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2021 dan rencananya akan memasok listrik selama periode 25 tahun untuk PT PLN (Persero), sejak pengoperasiannya.
Oke, memang fundamental perusahaan ini tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Hanya karena sentimen di industrinya saja yang kurang baik, mengakibatkan harga sahamnya terus anjlok. Saat ini di UNTR diperdagangkan dengan PER 6,87x dan PBV 1,34x. Terlihat menarik?
...
...
Bisa dibilang valuasi UNTR saat ini termasuk murah, dimana kalau kita lihat valuasi perusahaan ini saat masa terpuruknya batubara tahun 2016 berada pada posisi PER 11x dan PBV 1,16x. Namun, apabila kita melihat kondisi batubara yang belum membaik, sepertinya masih berpeluang turun lagi entah sampai kapan. Hal ini juga berimbas pada harga saham UNTR yang sepertinya belum akan rebound dalam waktu dekat (atau bahkan bakal lanjut turun?). Mengingat sebenarnya harga batubara di posisi sekarang masih belum serendah harga tahun 2016 yang sempat menyentuh 50 USD/MT.
Kita tidak akan pernah bisa menebak harga saham atau harga komoditas. Tetapi melihat situasi saat ini, ada kemungkinan saham UNTR bisa lebih murah lagi. Bagi anda yang masih ragu berinvestasi di UNTR, bisa menunggu harga UNTR turun sampai mungkin di sekitar Rp17.000 atau hingga ada tanda-tanda pemulihan di industri batu bara. Apabila merasa di harga sekarang sudah murah, dan takut UNTR keburu rebound, bisa membeli di harga sekarang. Namun, sebaiknya cicil dengan lot yang sedikit terlebih dahulu.
Disclaimer:
Tulisan di blog ini hanya untuk sharing, tidak bersifat rekomendasi atau pompom. Penulis tidak bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan akibat membaca tulisan di blog ini.
It's your money. DYOR: Do Your Own Research.
Source:
Laporan Tahunan PT 2018. United Tractors Tbk.
Public Expose 2019 PT. United Tractors Tbk.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180809160624-17-27811/ini-fakta-agincourt-dan-tambang-martabe-yang-diakuisisi-untr
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180809160624-17-27811/ini-fakta-agincourt-dan-tambang-martabe-yang-diakuisisi-untr
Komentar
Posting Komentar