Belajar dari Warren Buffett

Dimulai dari tabungan senilai $120, seorang bocah Omaha berumur 11 tahun bersama saudara perempuannya membeli enam lembar saham perusahaan Cities Services Preferred seharga $38,25/lembar. Masing-masing dari mereka memiliki tiga lembar. Harga saham tersebut jatuh dari harga $38,25 menjadi $27. Ia merasa bersalah karena telah membujuk saudara perempuannya untuk membeli saham tersebut.
Beruntung, harga saham itu akhirnya naik hingga mencapai $40, ia langsung buru-buru menjual saham itu dan mendapat keuntungan $1,75/saham. Dua tahun kemudian, si bocah menyesal telah menjual saham tersebut terlalu cepat, karena ternyata harga sahamnya terus naik hingga mencapai $202/lembar.

Sekarang, bocah tersebut menjadi orang terkaya ke-3 di dunia dengan kekayaan sebesar $88.3B (Forbes 400). 

Ia bernama Warren Buffett.



Untuk menjadi orang sukses, kita harus belajar dari orang yang terbukti sukses, contoh terbaik untuk mempelajari dunia investasi saham di adalah Warren Buffett.

Selama puluhan tahun perjalanan investasinya, banyak sekali pelajaran yang bisa kita dapatkan sebagai investor yang juga menganut value investing seperti beliau. Dibalik kesuksesannya, beliau memiliki prinsip-prinsip yang melandasi kesuksesannya sebagai investor maupun dalam kehidupan sosialnya.

Tepat seminggu yang lalu, di hari Jumat, 30 Agustus, Warren Buffett resmi menginjak 89 tahun. Sampai usia sekarang, beliau tetap sehat walafiat dan terus berfilantropi serta menularkan ilmu investasinya ke banyak orang di dunia. Dalam rangka memperingati ulang tahun opa Buffett, mari kita mempelajari prinsip hidup yang dijalani oleh investor tersukses di dunia ini.

Prinsip #1: Invest in Yourself
Investasi terbaik di dunia ini adalah investasi pada diri sendiri. Hal ini mencakup investasi ilmu sampai dengan kesehatan. Sedari kecil, Buffett gemar membaca buku. Melalui hobinya tersebut ia menemukan dan membaca buku The Intelligent Investor karya Benjamin Graham yang berhasil menginspirasi dan mempengaruhi prinsip-prinsip value investing yang terkandung dalam buku tersebut. Buffett sangat mengidolakan Benjamin Graham. Value Investing berhasil membuat Buffett menghasilkan kekayaan sampai sekarang ini.

Buffett selalu haus akan ilmu. Setiap harinya, beliau membaca buku sekitar 6-8 jam untuk memperluas wawasan serta menganalisis laporan keuangan perusahaan yang akan diinvestasikan.

Buffett juga pernah membayar $100 untuk mengikuti kelas public speaking Dale Carnegie. Kelas tersebut mengubah hidup Buffett, sebab, dulunya ia sangat malu dan takut untuk melakukan public speaking. Tak bisa dipungkiri, skill public speaking dan komunikasi memang sangat membantu bagi setiap orang, terutama dalam melakukan negosiasi. Buffett sendiri merasakan hal tersebut, skill komunikasi membantu ia dalam melakukan transaksi saham kepada pihak lain. 

Menurutnya, ini merupakan salah satu investasi terbaik yang pernah ia lakukan. 

“You’ll have a more rewarding life not only in terms of how much money you make, but how much fun you have out of life; you’ll make more friends the more interesting person you are. So go to it, invest in yourself.” -Warren Buffett

Prinsip #2: Independent Thinking
Bagian terpenting dalam kesuksesan Buffett adalah kemampuannya untuk berpikir secara independen. Melakukan analisis sendiri dan membuat keputusan berdasarkan pikirannya sendiri, tanpa terpengaruh "bisikan-bisikan" dari orang lain.

Buffett hanya berinvestasi di perusahaan yang ia ketahui bisnisnya, sehingga ia dapat melakukan analisis sendiri dan mengabaikan opini dari orang lain. Seperti pada era sebelum tahun 2000-an, ketika terjadi dot-com bubble, dimana harga saham-saham internet melonjak drastis, semua ahli merekomendasikan untuk membeli saham-saham tersebut dan memperoleh untung dalam waktu cepat. Padahal, perusahaan-perusahaan tersebut belum terbukti track record-nya dan belum jelas earnings-nya. 

Hampir semua orang membeli saham-saham ini, kecuali Buffett. Terbukti, ketika bubble tersebut meletus, harga-harga saham internet anjlok hampir tak bernilai. Buffett tetap tenang karena tidak terpengaruh emosi pasar yang terlalu melebih-lebihkan saham internet.

Menurut Buffett, analisis kita benar bukan karena banyak orang lain mengikutinya, tetapi analisis kita benar karena didasari oleh fakta-fakta dan alasan yang benar.


Tidak mudah untuk menerapkan prinsip ini karena kita sebagai makhluk sosial terkadang masih terpengaruh oleh pressure atau ajakan orang lain. Yang perlu kita lakukan adalah menemukan titik tengah antara menjadi diri sendiri dan menerima saran dari orang lain. 




Prinsip #3: Patience & Deferring Gratification
Pengalaman pembelian saham pertama Buffett, membuat ia menyadari pentingnya kesabaran dalam investasi saham. Bahwa apabila kita memilih saham yang tepat, di harga yang tepat, hanya kesabaranlah yang akan memberi kita return yang signifikan.


Kata investasi identik dengan mengorbankan sesuatu di masa sekarang, untuk memperoleh "untung" di masa depan. Untuk menjadi kaya dengan investasi, diperlukan kapasitas untuk "deferring gratification" atau menunda kesenangan. Dalam mengumpulkan kekayaannya, Buffett menunda kesenangannya dalam waktu yang sangat lama. 

Contohnya di market, apabila kita melihat harga saham yang kita pegang naik, kita ingin buru-buru menjualnya atau take profit untuk langsung menikmati keuntungannya. Lain halnya dengan Buffett, beliau selalu hold saham yang ia beli dalam waktu yang sangat panjang, bahkan ia hampir tidak pernah menjual saham yang ia beli. Because, the best holding period for a stock is forever.

Prinsip #4: Love & Loyalty
Kunci dari kesehatan Warren Buffett hingga usia ke-89 adalah kebahagiaan, dan penyebab kebahagiaan itu adalah cinta. 

Menurut Simon May, dalam bukunya Love: A History, cinta adalah sesuatu atau seseorang yang membuat kita merasa berada di rumah di dalam dunia ini, dan kita merasa tidak sendiri.

Lantas apa hubungan antara kesuksesan Buffett dengan cinta?

Buffett mencintai para manajer, partner, dan orang-orang terdekatnya. Kecintaannya terhadap manajer-manajer dari perusahaan yang ia investasikan membuat rasa saling memiliki dan respect terhadap satu sama lain. Sehingga para manajer dapat bekerja dengan baik dan dapat menghasilkan uang bagi Buffett. 

Memilih orang-orang yang tepat untuk bekerja sama juga membuat Buffett dapat percaya komitmen jangka panjang dengan mereka. Buffett sangat loyal terhadap segala hal yang ia cintai. Ia masih memiliki rumah yang sama, kantor yang sama, restoran, bahkan permen yang ia makan. Loyalitas inilah yang membuat ia memiliki kenyamanan dalam hidupnya.

Prinsip #5: Accepting Our Limits
Ada sebuah idiom kuno dalam bahasa Inggris: "Cutting one's coat according to one's cloth." Artinya, memperoleh sesuatu dengan keterbatasan yang kita miliki, bisa berupa uang maupun hal lainnya.

Buffett mengerti bahwa dirinya memiliki batasan kemampuan. Ia menerima kekuatan dan kelemahannya. Kesuksesan yang diraih oleh Buffett bukan berarti ia mengerti tentang segala hal. Sebaiknya, ia menguasai sedikit hal dan tetap berada pada circle of competence kemudian benar-benar menguasai bisnis yang ia geluti. Buffett hanya berinvestasi pada bisnis yang ia mengerti.

"You don't have to be an expert on every company, or even many; you only have to be able to evaluate companies within your circle of competence." - Warren Buffett
Prinsip #6: Concentrated Portfolio
Kita pasti sering mendengar sebuah quote tentang investasi ini: "Don't put all your eggs in one basket." Namun, ternyata Buffett tidak melakukan hal tersebut.

Memang benar, diversifikasi memang diperlukan dalam investasi, baik itu saham, obligasi, emas, maupun instrumen investasi lainnya. Akan tetapi, diversifikasi yang berlebihan tidak disarankan.

Menurut Warren Buffett, untuk apa berinvestasi pada banyak perusahaan jika dengan 1-2 perusahaan terbaik bisa menghasilkan return yang maksimal. Menurutnya, berdiversifikasi terlalu banyak berarti tidak benar-benar mengerti apa yang dilakukan. Karena, jika kita sangat yakin terhadap kualitas dari perusahaan yang kita investasikan, seharusnya kita mengalokasikan uang yang sangat banyak ke perusahaan tersebut daripada perusahaan lainnya.

Source: Brandon Beavis Investing (youtube)


Dalam portofolio Berskhire Hathaway, perusahaan konglomerasi Warren Buffett, sekitar 60% dari keseluruhan porofolio hanya diisi oleh 5 saham saja. Komposisi saham Buffett yang paling banyak adalah saham Apple, Inc (AAPL) sebanyak 23,77% , diikuti oleh Bank of America (BAC), Coca Cola (KO), Wells Fargo (WFC), serta American Express (AXP). Sisanya, diisi dengan saham-saham lain dengan porsi yang kecil.

Metode investasi Buffett mungkin tidak cocok bagi sebagian orang, tetapi banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari sosok Warren Buffett ini. 

Seperti mencintai orang lain, loyal, berpikir mandiri, serta menerima keterbatasan kita.


Apabila kita melihat kesuksesannya sekarang, tampak sangat berkilau dan terlihat indah. Sebenarnya, Buffett pernah mengalami jatuh bangun, terutama saat mengakuisisi Berkshire Hathaway. 

Ia juga pernah melakukan keputusan investasi terburuk dalam hidupnya. Kisah tersebut dapat dibaca di sini


Happy 89th birthday, Warren Buffett!

Source:
Being Warren Buffett: Life Lessons From a Cheerful Billionare - Nic Liberman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Tipe Saham ala Peter Lynch

Keputusan Terburuk Warren Buffett