Keputusan Terburuk Warren Buffett
Selain sebagai salah satu orang terkaya di dunia, Warren Buffett juga merupakan panutan bagi hampir semua investor saham di dunia. Filosofi investasinya banyak diadaptasi oleh orang-orang dan terbukti dapat menghasilkan kekayaan dalam jangka panjang.
Dibalik kekayaan yang dimiliki oleh Warren Buffett, beliau pernah salah mengambil keputusan investasi yang fatal. Keputusan tersebut membuat beliau menelan kerugian yang cukup besar dan merupakan salah satu penyesalan terbesar dalam hidupnya. Dalam suatu wawancara, beliau pernah menyatakan bahwa kesalahan paling fatal yang ia lakukan adalah membeli Berkshire Hathaway, perusahan yang sekarang merupakan perusahaan konglomerasi miliknya. Menurut Buffett, apabila ia tidak pernah membeli Berkshire, ia pasti akan jauh lebih kaya daripada sekarang.
Pada awalnya, Berkshire Hathaway bukanlah merupakan perusahaan investasi seperti sekarang, ada kisah yang panjang sebelum perusahaan ini dibeli oleh Warren Buffett dan "disulap" menjadi seperti sekarang.
Hathaway Manufacturing Company hanyalah sebuah perusahaan pemintalan kapas yang beroperasi sejak abad ke-19 di New Belford, Massachusetts, dan sempat mengalami lonjakan keuntungan ketika militer membutuhkan seragam selama perang dunia pertama. Namun, depresi besar mengakibatkan banyaknya pabrik di daerah New Belford. Akan tetapi, hanya satu perusahaan yang bertahan, yakni Hathaway.
Perusahaan tersebut dijalankan oleh Seabury Stanton sejak perang berakhir. Kegigihan Stanton untuk mempertahankan bisnis tekstil kemudian membuat keputusan untuk melakukan merger dengan perusahaan tekstil lainnya: Berkshire Fine Spinning Associates pada tahun 1955. Stanton menjadi Presiden di perusahaan itu, sementara Malcolm Chase, pengendali Berkshire sebelumnya, mengambil peran sebagai ketua. Kedua perusahaan tersebut bergabung dan berganti nama menjadi "Berkshire Hathaway"
Penggabungan kedua perusahaan tersebut tidak mengubah apapun. Malah, hingga tujuh tahun kemudian, nilai aset bersih perusahaan ini anjlok hingga 37%.
Warren Buffett sangat tertarik dengan perusahaan ini sejak 1955, karena dijual dibawah nilai bersihnya, dan ia melihat pola kerja yang unik dari perusahaan ini, dimana selama tujuh tahun tersebut perusahaan menutup dan menjual total sembilan pabrik tekstilnya dan menggunakan dana hasil penjualan tersebut untuk membeli kembali sahamnya di pasar.
Pada bulan 1962, ia akhirnya membeli beberapa saham perusahaan tersebut untuk partnershipnya seharga $7,5/lembar. Pada saat itu, nilai buku (BV) sebesar $20.20 sehingga beliau membeli dengan PBV hanya 0,37x. Sesuai dengan strategi investasi Buffett yang menganut cigarbutt ala Benjamin Graham, selama BH terus diperdagangkan dibawah nilai aktiva bersihnya, Buffett terus membeli banyak saham.
Pada bulan Mei 1964, Buffett dikirimi surat oleh CEO Berkshire Hathaway, Seabury Stanton, yang menawarkan untuk membeli saham Buffett seharga $11,5, which is 50% capital gain untuk Buffett.
Namun, Seabury Stanton mengingkari janjinya, dengan kembali mengirim surat untuk Buffett yang menyatakan akan membeli pada harga $11,4.
Akibat merasa ditipu oleh sang CEO, Buffett marah besar. Kemarahan tersebut ia lampiaskan dengan terus membeli saham Bershire secara membabi buta.
Hingga pada Mei 1965, Buffett secara resmi menjadi pemegang saham pengendali di Berkshire Hathaway. Sebagai "balas dendam", Buffett kemudian memecat Seabury Stanton dari posisinya sebagai CEO.
Namun, Buffett akhirnya tersadar bahwa ia menempatkan seperempat aset Buffett Partnershipnya pada perusahaan yang bisnisnya sedang hancur-hancurnya. Ditambah lagi, ia tidak mengerti bisnis tekstil.
Bahkan, pada akhir tahun 1964, nilai aset bersih Berkshire Hathaway hanya tinggal $22 juta, turun drastis dibandingkan tahun 1955 senilai $55 juta. Selain itu, perusahaan tidak punya dana kas dan memiliki utang bank sebesar $2,5 juta.
Setelah memegang kendali atas Berkshire, hingga dua tahun selanjutnya, perusahaan mampu menghasilkan laba bersih. Berita baik selanjutnya, laba tersebut bebas pajak, karena perusahaan masih memiliki akumulasi kerugian dari tahun-tahun sebelumnya.
Namun, hasil yang manis tersebut tidak bertahan lama. Setelah 1966, perusahaan terus mengalami kerugian, akibat industri tekstil yang memang sudah sangat terpuruk di Amerika Serikat. Pada akhirnya, Buffett menutup bisnis tekstil dari Berkshire Hathaway pada tahun 1985.
Berkshire Hathaway kemudian menjadi perusahaan investasi yang menjadi holding atas perusahaan-perusahaan lain. Jadi, kegiatan operasionalnya adalah membeli saham-saham perusahaan yang layak investasi dan mengawasi kinerja perusahaan-perusahaan tersebut. Beberapa perusahaan yang dimiliki Berkshire sekarang yakni Apple, Amazon, Coca Cola, Wells Fargo, dan masih banyak lagi. Berkat Berkshire Hathaway, Warren Buffett sebagai CEO, masuk ke daftar orang terkaya di dunia.
Kesalahan investasi yang pernah dilakukan Warren Buffett ini memberi kita pelajaran agar dapat mengendalikan emosi dan tidak serakah, serta selalu membeli perusahaan di bisnis yang kita pahami yang memiliki kinerja fundamental luar biasa dengan harga yang wajar.
Dibalik kekayaan yang dimiliki oleh Warren Buffett, beliau pernah salah mengambil keputusan investasi yang fatal. Keputusan tersebut membuat beliau menelan kerugian yang cukup besar dan merupakan salah satu penyesalan terbesar dalam hidupnya. Dalam suatu wawancara, beliau pernah menyatakan bahwa kesalahan paling fatal yang ia lakukan adalah membeli Berkshire Hathaway, perusahan yang sekarang merupakan perusahaan konglomerasi miliknya. Menurut Buffett, apabila ia tidak pernah membeli Berkshire, ia pasti akan jauh lebih kaya daripada sekarang.
Pada awalnya, Berkshire Hathaway bukanlah merupakan perusahaan investasi seperti sekarang, ada kisah yang panjang sebelum perusahaan ini dibeli oleh Warren Buffett dan "disulap" menjadi seperti sekarang.
Hathaway Manufacturing Company hanyalah sebuah perusahaan pemintalan kapas yang beroperasi sejak abad ke-19 di New Belford, Massachusetts, dan sempat mengalami lonjakan keuntungan ketika militer membutuhkan seragam selama perang dunia pertama. Namun, depresi besar mengakibatkan banyaknya pabrik di daerah New Belford. Akan tetapi, hanya satu perusahaan yang bertahan, yakni Hathaway.
Berkshire Fine Spinning Associates |
Perusahaan tersebut dijalankan oleh Seabury Stanton sejak perang berakhir. Kegigihan Stanton untuk mempertahankan bisnis tekstil kemudian membuat keputusan untuk melakukan merger dengan perusahaan tekstil lainnya: Berkshire Fine Spinning Associates pada tahun 1955. Stanton menjadi Presiden di perusahaan itu, sementara Malcolm Chase, pengendali Berkshire sebelumnya, mengambil peran sebagai ketua. Kedua perusahaan tersebut bergabung dan berganti nama menjadi "Berkshire Hathaway"
Penggabungan kedua perusahaan tersebut tidak mengubah apapun. Malah, hingga tujuh tahun kemudian, nilai aset bersih perusahaan ini anjlok hingga 37%.
Warren Buffett sangat tertarik dengan perusahaan ini sejak 1955, karena dijual dibawah nilai bersihnya, dan ia melihat pola kerja yang unik dari perusahaan ini, dimana selama tujuh tahun tersebut perusahaan menutup dan menjual total sembilan pabrik tekstilnya dan menggunakan dana hasil penjualan tersebut untuk membeli kembali sahamnya di pasar.
Pada bulan 1962, ia akhirnya membeli beberapa saham perusahaan tersebut untuk partnershipnya seharga $7,5/lembar. Pada saat itu, nilai buku (BV) sebesar $20.20 sehingga beliau membeli dengan PBV hanya 0,37x. Sesuai dengan strategi investasi Buffett yang menganut cigarbutt ala Benjamin Graham, selama BH terus diperdagangkan dibawah nilai aktiva bersihnya, Buffett terus membeli banyak saham.
Pada bulan Mei 1964, Buffett dikirimi surat oleh CEO Berkshire Hathaway, Seabury Stanton, yang menawarkan untuk membeli saham Buffett seharga $11,5, which is 50% capital gain untuk Buffett.
Namun, Seabury Stanton mengingkari janjinya, dengan kembali mengirim surat untuk Buffett yang menyatakan akan membeli pada harga $11,4.
Seabury Stanton |
Akibat merasa ditipu oleh sang CEO, Buffett marah besar. Kemarahan tersebut ia lampiaskan dengan terus membeli saham Bershire secara membabi buta.
Hingga pada Mei 1965, Buffett secara resmi menjadi pemegang saham pengendali di Berkshire Hathaway. Sebagai "balas dendam", Buffett kemudian memecat Seabury Stanton dari posisinya sebagai CEO.
Namun, Buffett akhirnya tersadar bahwa ia menempatkan seperempat aset Buffett Partnershipnya pada perusahaan yang bisnisnya sedang hancur-hancurnya. Ditambah lagi, ia tidak mengerti bisnis tekstil.
Bahkan, pada akhir tahun 1964, nilai aset bersih Berkshire Hathaway hanya tinggal $22 juta, turun drastis dibandingkan tahun 1955 senilai $55 juta. Selain itu, perusahaan tidak punya dana kas dan memiliki utang bank sebesar $2,5 juta.
Setelah memegang kendali atas Berkshire, hingga dua tahun selanjutnya, perusahaan mampu menghasilkan laba bersih. Berita baik selanjutnya, laba tersebut bebas pajak, karena perusahaan masih memiliki akumulasi kerugian dari tahun-tahun sebelumnya.
Namun, hasil yang manis tersebut tidak bertahan lama. Setelah 1966, perusahaan terus mengalami kerugian, akibat industri tekstil yang memang sudah sangat terpuruk di Amerika Serikat. Pada akhirnya, Buffett menutup bisnis tekstil dari Berkshire Hathaway pada tahun 1985.
Berkshire Hathaway kemudian menjadi perusahaan investasi yang menjadi holding atas perusahaan-perusahaan lain. Jadi, kegiatan operasionalnya adalah membeli saham-saham perusahaan yang layak investasi dan mengawasi kinerja perusahaan-perusahaan tersebut. Beberapa perusahaan yang dimiliki Berkshire sekarang yakni Apple, Amazon, Coca Cola, Wells Fargo, dan masih banyak lagi. Berkat Berkshire Hathaway, Warren Buffett sebagai CEO, masuk ke daftar orang terkaya di dunia.
Kesalahan investasi yang pernah dilakukan Warren Buffett ini memberi kita pelajaran agar dapat mengendalikan emosi dan tidak serakah, serta selalu membeli perusahaan di bisnis yang kita pahami yang memiliki kinerja fundamental luar biasa dengan harga yang wajar.
Komentar
Posting Komentar